JAKARTA – Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menerima visitasi dan menggelar audiensi dengan Gubernur NTT Emanuel Melkiades Lakalena bersama para bupati se-NTT di kantor Kementerian ESDM pada Rabu (20/03/2025) malam. Bahlil berniat membawa 3 (tiga) program ke NTT.
“Ada investasi garam, hilirisasi industri ikan tangkap dan rumput laut, serta peningkatan rasio elektrifikasi,” ujar Bahlil yang juga merupakan ketua satgas hilirisasi.
Bahlil menjelaskan, pengembangan industri garam akan dilakukan di Kabupaten Sabu Raijua yang akan menelan investasi sebesar USD260 juta atau setara Rp4,2 triliun. Investasi ini bertujuan untuk swasembada garam nasional.
Menurut Bahlil, permintaan garam domestik saat ini 4,8 juta ton yang dipenuhi impor hingga 1,7 juta ton. Sabu Raijua mampu menghasilkan garam 850 ribu ton per tahun garam NaCl yang 99% untuk kebutuhan industri.
Bahlil mengungkapkan, studi kelayakan untuk investasi garam di Sabu Raijua telah dilakukan. Rencananya, tahun ini akan digelar groundbreaking dan konstruksi awal. Pada 2027, commercial operation date (COD) bisa terealisasi.
Selain garam, Bahlil menambahkan, hilirisasi rumput laut dan ikan tangkap di NTT masuk dalam radar perhatiannya. Tim untuk keperluan ini segera diturunkan ke lapangan.
“Investasi di sektor ikan tangkap dan rumput laut tidak mahal. Tetapi, hasilnya jelas dan berbentuk padat karya,” jelas Bahlil.
Tentang peningkatan rasio elektrifikasi, Bahlil meminta Pemprov NTT untuk bantu mendata sejumlah desa yang belum dialiri listrik. Bahlil akan menghubungi PLN untuk segera menindaklanjut.
Gubernur Melki Laka Lena mengapresiasi sikap Bahlil yang cepat tanggap permintaan masyarakat NTT. Hilirisasi industri bagi NTT memang diakui sebagai langkah strategis.
“Kami akan segera menyiapkan semua data yang dibutuhkan Menteri Bahlil untuk tiga program ini,” ungkap Melki.*** (gt/jdz)