Oleh : Sam Babys *
NUSA Tenggara Timur (NTT) tengah menyaksikan babak baru dalam kepemimpinan daerahnya. Sejak menginjakkan kaki di Kupang pada 1 Maret 2025, Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena dan Wakil Gubernur Irjen Pol (Purn) Johni Asadoma langsung tancap gas. Tak ada masa adaptasi yang berlarut-larut, keduanya memilih bekerja tanpa henti, bahkan di hari libur, demi mengubah wajah NTT dan mengikis stigma negatif yang melekat selama ini.
Dua pekan terakhir, ada pemandangan baru di halaman kantor gubernur setiap Senin pagi. Para Aparatur Sipil Negara (ASN) berbaris rapi, mengikuti apel yang bukan sekadar seremoni. Gubernur dan Wakil Gubernur NTT memanfaatkan momen ini untuk menyuarakan mimpi besar mereka, membakar semangat kerja, dan menanamkan disiplin tinggi di jajaran birokrasi. Harapannya sederhana, ASN tidak hanya bekerja sebagai rutinitas, tetapi dengan kesungguhan dan dedikasi penuh bagi masyarakat.
Tidak hanya itu, Jumat pekan lalu, halaman Rumah Jabatan Gubernur berubah menjadi arena olahraga massal. Di bawah komando “sang jenderal”, ratusan ASN berbaur dalam sesi olahraga bersama. Bukan sekadar ajang bersenang-senang, kegiatan ini mengandung pesan kuat. Pelayan publik harus memiliki fisik prima agar bisa bekerja dengan optimal. Sebab, tubuh yang sehat akan melahirkan semangat kerja yang tinggi.
Di balik kesibukan birokrasi yang padat, Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena punya kebiasaan unik. Setiap sore usai jam kerja di kantor, ia langsung menuju Rumah Jabatan Gubernur untuk menerima tamu. Mulai dari pimpinan BUMN, organisasi masyarakat, lembaga kesehatan, hingga duta besar negara sahabat, semua disambut dengan satu pesan utama, kerja kolaborasi.
Bagi Gubernur dan Wakil Gubernur, NTT tidak bisa dibangun oleh pemerintah semata. Dibutuhkan sinergi dengan berbagai elemen agar program-program strategis bisa berjalan. Tidak jarang, agenda audiensi ini berlangsung hingga larut malam, menunjukkan stamina dan dedikasi tinggi yang mereka usung dalam menjalankan tugas.
Seruan “Ayo Bangun NTT” pun menggema di setiap kesempatan. Bukan hanya bagi ASN atau lembaga swasta, tetapi untuk seluruh masyarakat NTT. Kedua pemimpin ini ingin agar semangat perubahan tidak berhenti di lingkup pemerintahan, melainkan menjadi gerakan kolektif yang menyentuh semua lapisan masyarakat.
Tidak ada yang mengatakan bahwa membangun NTT adalah tugas mudah. Dengan keterbatasan fiskal dan tantangan berat seperti kemiskinan, kemiskinan ekstrem, serta angka stunting yang masih tinggi, Gubernur dan Wakil Gubernur NTT sadar bahwa lima tahun bukan waktu yang cukup untuk menyelesaikan semua persoalan.
Namun, mereka yakin bahwa NTT memiliki sumber daya alam yang luar biasa dan potensi besar untuk maju. Dengan kerja sama dan semangat gotong royong, perubahan bukanlah sesuatu yang mustahil. Sebaik apa pun program yang dirancang, sehebat apa pun pemimpinnya, tanpa dukungan masyarakat, semuanya akan sia-sia.
Seruan “Ayo Bangun NTT” bukan sekadar slogan, tetapi ajakan nyata untuk bergerak bersama. Inilah misi besar Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, membangun NTT dengan hati, tenaga, dan kerja keras demi masa depan yang lebih cerah.***
Penulus adalah Staf Biro Umum Setda Proviinsi NTT