Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, dalam pertemuan di Jakarta, Rabu (19/03/2025), bersama Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, dan para Kepala Daerah se-NTT, membahas langkah-langkah strategis untuk mempercepat digitalisasi, khususnya di sektor pariwisata, UMKM, dan layanan kesehatan berbasis digital telemedicine.
JAKARTA – Sebanyak 208 kecamatan di NTT masih belum terhubung dengan fiber optik. Ini bukan hanya soal infrastruktur, tetapi bagaimana kita memastikan setiap orang di NTT memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang di era digital.
Hal itu disampaikan Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, dalam pertemuan di Jakarta, Rabu (19/03/2025), bersama Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, dan para Kepala Daerah se-NTT, membahas langkah-langkah strategis untuk mempercepat digitalisasi, khususnya di sektor pariwisata, UMKM, dan layanan kesehatan berbasis digital telemedicine.
Menurutnya, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) berkomitmen untuk membangun masa depan digital di NTT dengan menghadirkan akses internet yang lebih merata dan berkualitas.
“Oleh karena itu, kami segera mengundang seluruh operator untuk turun langsung ke NTT, mengevaluasi kondisi jaringan, dan mengambil langkah-langkah strategis. Jika sinyal lemah, kapasitas akan ditambah. Jika kekurangan BTS, kami akan percepat pembangunannya,” ujar Meutya.
Menteri Meutya Hafid menyoroti, konektivitas digital di NTT bukan sekadar memperluas jaringan, tetapi juga memastikan masyarakat dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan kesejahteraan.
“Kita ingin internet di NTT bukan hanya sekadar sinyal yang tersedia, tetapi benar-benar menjadi jembatan bagi masyarakat untuk mengakses layanan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi digital,” ujarnya.
Saat ini, cakupan layanan 4G di permukiman NTT telah mencapai 98,59 persen, tetapi masih terdapat 1.051 km² wilayah yang belum terjangkau. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah mempercepat pembangunan jaringan fiber optik agar masyarakat, terutama di daerah terpencil, dapat menikmati layanan digital yang lebih stabil dan cepat.
Menurut Meutya, infrastruktur digital yang kuat adalah kunci utama untuk meningkatkan literasi digital masyarakat NTT. Kementerian Komdigi rencananya akan bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam penyediaan lahan bagi pembangunan Base Transceiver Station (BTS) guna mempercepat akses internet hingga ke pelosok desa.
“Digitalisasi tidak hanya soal membangun jaringan, tetapi juga tentang membangun pemahaman. Kita harus memastikan masyarakat bisa memanfaatkan internet untuk hal-hal positif, seperti pendidikan, bisnis, dan layanan kesehatan, bukan hanya untuk hiburan,” katanya.
Contohnya, kata dia, kami juga melihat komunitas digital anak muda di Kupang sebagai potensi besar. Mereka bisa menjadi motor penggerak literasi digital di NTT.
Selain pembangunan infrastruktur digital, Meutya juga merespons permintaan Gubernur Melki terkait dukungan CSR perusahaan teknologi dalam upaya penurunan angka stunting di NTT.
“Kami akan mengajak perusahaan digital untuk menyalurkan CSR mereka ke program kesehatan dan edukasi terkait stunting. Teknologi bisa dimanfaatkan untuk penyuluhan gizi berbasis digital, monitoring pertumbuhan anak, hingga distribusi bantuan secara lebih efektif,” jelasnya.
Dirjen Infrastruktur Digital Kementerian Komdigi, Wayan Toni Supriyanto, menambahkan bahwa kementeriannya siap berkoordinasi dengan pemerintah daerah agar inisiatif ini berjalan lancar.
“Kami ingin memastikan semua bantuan, baik dari sisi teknologi maupun sosial, benar-benar sampai dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat NTT,” ujar Wayan.
Telemedicine BPJS Kesehatan
Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, pada kesempatan tersebut menegaskan bahwa digitalisasi dapat membawa perubahan nyata bagi masyarakat NTT.
“Kami ingin memastikan bahwa masyarakat NTT tidak tertinggal dalam era digital ini. Dengan internet yang lebih merata, anak-anak bisa belajar lebih baik, UMKM bisa memperluas pasar, dan layanan kesehatan bisa menjangkau lebih banyak orang,” ujarnya .
Salah satu program yang akan segera diterapkan adalah telemedicine, yang memungkinkan masyarakat mendapatkan layanan kesehatan secara digital tanpa harus menempuh perjalanan jauh.
“BPJS Kesehatan siap menjadikan NTT sebagai proyek percontohan telemedicine, karena di beberapa daerah, akses ke fasilitas kesehatan masih menjadi tantangan besar,” jelas Gubernur Melki.
Menutup pertemuan, Menteri Meutya Hafid menegaskan pentingnya sinergi berkelanjutan antara pemerintah pusat dan daerah dalam membangun ekosistem digital yang inklusif.
“Lebih dari sekadar sinyal, digitalisasi adalah tentang bagaimana kita menciptakan peluang baru bagi masyarakat. Dengan akses internet yang lebih luas dan berkualitas, kita bisa membuka masa depan yang lebih cerah bagi NTT,” pungkasnya.
Dengan langkah-langkah ini, Kementerian Komdigi berharap dapat membawa perubahan signifikan bagi NTT, baik dalam hal konektivitas digital maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program penanggulangan stunting berbasis teknologi.*** (delegasi/Biro Adpim Setda NTT)
SYDNEY - Timnas Indonesia menelan kekalahan telak 1-5 di kandang Timnas Australia. Skuad Garuda merosot…
SYDNEY - Timnas Indonesia menelan pil pahit di markas Australia. Jay Idzes cs menyerah dengan…
CHENGJU, DELEGASI.NET - International Women's Peace Group (IWPG) menyoroti hukum internasional agar masalah antara Korea Utara dan…
JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) siap mendukung program “One Village One Product” dari…
JAKARTA – Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) akan bekerja sama dengan lintas sektor kementerian serta…
KUPANG- Komisi Pemlihan Umum (KPU ) Kota Kupang, NTT akan mengembalikan sisa dana hibah Pilkada…